19 Nov 2009

Pergolakkan hati remaja dalam bentuk pacaran

,
Umumnya remaja mengalami berbagai macam masalah yang sering memusingkan pikiran. Begitulah yang namanya remaja ,kaya dengan segala ketidakpuasan lahir bathin. Problem para remaja cukup merepotkan dan banyak meruwetkan pikiran para ahli psikologi ,segi pergaulan mereka tidak mudah ditolerir oleh pihak orang tua ,pergaulan mereka serba bebas dan tidak mau tahu dengan keadaan sekelilingnya.

Kenyataan yang sering kita temui , mereka cenderung melampui garis batas. Kekurangsadaran mereka inilah yang sering menimbulkan berbagai problematika kehidupan, dan meresahkan ketenangan masyarakat. Jenjang kehidupan mereka ,sering digeluti dengan situasi pergolakan hati yang serba emosional. Sehingga nampaklah ketidak seimbangan hati dan pikiran untuk melawan segala macam “hawa nafsu” yang membara api asmara mereka , meluap-luap dan luapan ini di tuangkan dengan suatu bentuk yang namanya”PACARAN”.Masa remaja sering bisa menaik-turunkan grafik pola berfikir , yang kurang matang. Grafik pola berfikir inilah yang sering mendominasi persoalan pacar-pacaran. Tak jarang kita temui pula gonta-ganti pacar,bahkan koleksi pacaran pun sering mereka alami. Mungkin pada masa inilah dunia untuk sementara milik mereka.

Konon khabarnya ,seseorang yang memasuki jenjang rumah tangga dan tak pernah mengalami atau mengenyam masa pacaran lebih dahulu di waktu remaja , rasanya kurang bahagia . Dengan kata lain , tanpa pernah merasakan nikmatnya pacaran, maka kebahagian itu mutahil bisa direnggut sesudah berumah tangga. Anggapan yang demikian ini merupakan suatu basa basi saja dari para remaja yang dilanda mabuk asmara. Karena itu , betapa piciknya anggapan-anggapan yang demikian. Kriteria di atas hanya nongol di kawasan remaja yang mengahambur-hamburkan cintanya di waktu muda.

Kita juga bisa melihat, tidak sedikit tapi banyak ,muda-mudi yang belum berumah tangga kelihatan begitu intim ,kala pacaran jalan bergandengan di seputaran taman,di atas motor sering Nampak setengah lingkaran, dengan sedikit cubit-cubitan. Anehnya setelah di ikat dengan tali ”keterikatan bathin” dalam bentuk perkawinan, tenyata buyar dari kebahagian yang di impikan. Percecokan sering melanda rumah tangga. Sehingga keharmonisan hubungan suami istri putus di tengah-tengah pergolakan emosi dari individual ,kebahagian jelas sudah tidak akan bisa di temui lagi dari keluarga yang mengalami hal-hal demikian.

Pacaran bukan menjadi tolak ukur kebahagian seseorang, jadi kalau para remaja yang hanya mengandalkan pacaran sebagai suatu unsur yang dominan dalam kebahagian, berarti sudah jauh dari penyimpang dari norma-norma agama yang di anutnya. Banyak orang mengatakan bahwa pacaran itu membuat kita lebih bahagia, tapi di balik kebahagian itu terselubung segala tumpukan “kemaksiatan” yang pada dasarnya jarang bisa kita sadari,efek negative mulai muncul,pikiran kalut,dan bisa mengundang hal-hal yang tidak di inginkan,TANGAN GENTAYANGAN,PIKIRAN MELAYANG,BIRAHI TERANGSANG.

1 komentar:

  1. Kurang setuju dengan kalimat yang mengatakan menghambur-hamburkan cinta itu, dikonotasikan negatif. cinta itu memang untuk disebarkan bahkan dihamburkan untuk segala ciptaan-Nya dan diri-Nya. mungkin bisa menggunakan kalimat lain?

    BalasHapus

Album foto

www.flickr.com
 

MUYAMPATO Copyright © 2012 -- Template created by the cueks